JANJI

Ada kata kata mutiara yang berbunyi “janji merupakan sebuah hutang yang harus dibayar” dan "kalau lembu berpegang pada talinya, kalau manusia berpegang kepada JANJI". Kata kata tersebut bukanlah sebuah hiasan peribahasa atau pepatah semata, ia lebih dari itu. Menurut Islam, janji merupakan sesuatu yang harus ditepati sepertimana hutang yang harus dibayar. 

Daripada Abu Hurairah RA bahawasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, iaitu apabila ia berbicara ia dusta, apabila ia berjanji tidak ditepati dan apabila diberi amanah dia khianati.”

Ditambah dalam riwayat Muslim : Walaupun dia berpuasa, bersembahyang dan mendakwa diri muslim.

 

(Hadith Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Janji mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Tidak boleh kita sesuka hati mengucap janji jika kita tidak berasa yakin boleh menepatinya. Tentang pentingnya menepati janji ini juga ada di dalam surah an Nahl ayat 91 dan 92, yang berbunyi,

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya mengujimu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari Kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu”.

Ingkar terhadap janjinya sendiri merupakan salah satu sifat orang munafik. Padahal, Allah sangat membenci orang munafik. Ada terdapat di dalam surah An Nisa ayat 145, Allah berfirman, “Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka”.